BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap keluarga menginginkan anggota
keluarganya sehat dan sejahtera, karena manusia yang sehat dapat
berproduktifitas yanng tinggi dalam menunjang kahidupannya dan sekaligua
berperan serta dalam pembangunan. Untuk mendapatkan kehidupan yang demikian
manusia membutuhkan makanan yang bergizi baik.
Permintaan konsumen terhadap ikan
khususnya lele semakin meningkat dipasar- pasar tradisional baik di desa maupun
di perkotaan. Budidaya ikan konsumsi ini sangat potensial dan prospek
pengembangannya sangat bermanfaat untuk meningkatkan protein masyarakat dan
pendapatan usaha ternak ikan itu sendiri. Untuk itu perlu adanya peningkatan
produksi ikan baik ikan laut atau ikan air tawar.
Dalam usaha meningkatkan produksi,
perlu adanya budidaya ikan lele secara intensif dan profesional baik mulai
budidaya lele ditempat pembenihan, kolam pembesaran dan sampai ikan siap
dipasarkan. Dimana ketiga hal ini merupakan mata rantai yang saling
berhubungan, namun bisa berdiri sendiri apabila diusahakan.
Disamping itu aspek permodalan juga
sangatlah penting dalam menunjang usaha perikanan ini. Banyak masyarakat yanng
enggan melakukan usaha ini karena keterbatasan modal. Sangat disayangkan
potensi yang ada ditinggalkan dan tidak dimanfaatkan hanya karena persoalan
modal. Ketiadaam modal merupakan persoalan yang mendasar dalam masyarakat
selama ini.
Saya sebagai pembudidaya sangat
berharap adanya bantuan dana penguatan modal dalam usahanya. Desa, masyarakat
dan pihak-pihak yang berkompeten diharapkan memberi bantuan kepada saya
sehingga dapat mengembangkan segala aspek menyangkut tujuan dari pembudidayaan
ikan lele tersebut.
B. Tujuan Kegiatan
Secara sederhana maksud dan tujuan
dari pengajuan proposal ini adalah untuk menjadi bahan pertimbangan dalam
pengajuan dana pengembangan usaha. Sangat disayangkan potensi karang taruna
menyangkut sarana dan prasarana yang ada tidak dioptimalkan sesuai tujuannya
hanya karena tidak ada modal.
Keinginan saya untuk pengembangan
usaha budidaya lele sangatlah besar. Saya berharap menjadi pengusaha yang
tumbuh sehat, tangguh dan mandiri jika permodalan ini ada atau diberikan. Yang
tentunya akan berdampak pada lingkungan masyarakat sekitarnya antara lain
yaitu:
a. Dapat menyediakan produk ikan lele konsumsi
dalam kualitas dan kuantitas yang cukup memadai.
b. Menciptakan lapangan kerja baru maupun usaha
sampingan untuk lebih memberdayakan ekonomi kami serta meningkatkan taraf hidup
ekonomi kami.
c.
Adanya transfer teknologi tepat
guna khususnya perikanan sekaligus mendididik kami untuk mandiri dan berjiwa
wiraswasta.
Jika nantinya kami menerima dana
pengembangan usaha ini maka akan digunakan untuk membangun prasarana
pembudidayaan ikan lele didaerah setempat.
D.
Tempat Pelaksanaan Kegiatan Budidaya Ikan Lele
Pelaksanaan kegiatan budi daya Ikan
Lele dilakukan di Desa Lesung Bakti Jaya Unit 7, Kecamatan Lambu Kibang,
Kabupaten Tulang Bawang Barat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Sejarah Singkat
Lele merupakan jenis ikan konsumsi
air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit licin. Di Indonesia ikan lele
mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut
(Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan
cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di negara lain dikenal
dengan nama mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura
magura (Srilangka), ca tre trang (Jepang).
Dalam bahasa Inggris disebut pula
catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish. Ikan lele tidak pernah
ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai dengan arus air yang
perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Ikan lele bersifat
noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang
hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam
ikan lele memijah pada musim penghujan.
B.
Sentra Perikanan Ikan Lele
Ikan lele banyak ditemukan di benua
Afrika dan Asia. Dibudidayakan di Thailand, India, Philipina dan Indonesia. Di
Thailand produksi ikan lele ± 970 kg/100m2/tahun. Di India (daerah Asam)
produksinya rata-rata tiap 7 bulan mencapai 1200 kg/Ha.
C.
Jenis - jenis Ikan Lele
Klasifikasi
ikan lele menurut Hasanuddin Saanin dalam Djatmika et al (1986) adalah:
a. Kingdom : Animalia
b. Sub-kingdom : Metazoa
c. Phyllum : Chordata
d. Sub-phyllum : Vertebrata
e. Klas : Pisces
f. Sub-klas : Teleostei
g. Ordo :
Ostariophysi
h. Sub-ordo : Siluroidea
i.
Familia :
Clariidae
j.
Genus :
Clarias
Di
Indonesia ada 6 (enam) jenis ikan lele yang dapat dikembangkan:
1. Clarias batrachus, dikenal sebagai ikan lele (Jawa), ikan
kalang (Sumatera Barat), ikan maut (Sumatera Utara), dan ikan pintet
(Kalimantan Selatan).
2. Clarias teysmani, dikenal sebagai lele Kembang (Jawa
Barat), Kalang putih (Padang).
3. Clarias melanoderma, yang dikenal sebagai ikan duri
(Sumatera Selatan), wais (Jawa Tengah), wiru (Jawa Barat).
4. Clarias nieuhofi, yang dikenal sebagai ikan lindi (Jawa),
limbat (Sumatera Barat), kaleh (Kalimantan Selatan).
5. Clarias loiacanthus, yang dikenal sebagai ikan keli
(Sumatera Barat), ikan penang (Kalimantan Timur).
6. Clarias gariepinus, yang dikenal sebagai lele Dumbo (Lele
Domba), King cat fish, berasal dari Afrika.
D. Manfaat Ikan Lele
1. Sebagai bahan makanan
2.
Ikan lele dari jenis C. batrachus juga dapat dimanfaatkan sebagai ikan pajangan
atau ikan hias.
3.
Ikan lele yang dipelihara di sawah dapat bermanfaat untuk memberantas hama padi
berupa serangga air, karena merupakan salah satu makanan alami ikan lele.
4. Ikan lele juga dapat diramu
dengan berbagai bahan obat lain untuk mengobati penyakit asma, menstruasi
(datang bulan) tidak teratur, hidung berdarah, kencing darah dan lain-lain.
E. Persyaratan Lokasi
Budidaya Ikan Lele
1. Tanah yang baik untuk kolam
pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos, berlumpur dan
subur. Lahan yang dapat digunakan untuk budidaya lele dapat berupa: sawah,
kecomberan, kolam pekarangan, kolamkebun, dan blumbang.
2.
Ikan lele hidup dengan baik di daerah dataran rendah sampai daerah yang tingginya
maksimal 700 m dpl.
3.
Elevasi tanah dari permukaan sumber air dan kolam adalah 5-10%.
4.
Lokasi untuk pembuatan kolam harus berhubungan langsung atau dekat dengan sumber
air dan tidak dekat dengan jalan raya.
5.
Lokasi untuk pembuatan kolam hendaknya di tempat yang teduh, tetapi tidak
berada di bawah pohon yang daunnya mudah rontok.
6. Ikan lele dapat hidup pada suhu
20°C, dengan suhu optimal antara 25-28°C.
Sedangkan untuk pertumbuhan larva diperlukan kisaran suhu antara 26-
30°C dan untuk pemijahan 24-28 ° C.
Sedangkan untuk pertumbuhan larva diperlukan kisaran suhu antara 26-
30°C dan untuk pemijahan 24-28 ° C.
7.
Ikan lele dapat hidup dalam perairan agak tenang dan kedalamannya cukup,
sekalipun kondisi airnya jelek, keruh, kotor dan miskin zat O2
8. Perairan tidak boleh tercemar
oleh bahan kimia, limbah industri, merkuri, atau mengandung kadar minyak atau
bahan lainnya yang dapat mematikan ikan.
9.
Perairan yang banyak mengandung zat-zat yang dibutuhkan ikan dan bahan makanan
alami. Perairan tersebut bukan perairan yang rawan banjir.
10.
Permukaan perairan tidak boleh tertutup rapat oleh sampah atau daun-daunan
hidup, seperti enceng gondok.
11. Mempunyai pH 6,5–9; kesadahan
(derajat butiran kasar ) maksimal 100 ppm dan optimal 50 ppm; turbidity (kekeruhan)
bukan lumpur antara 30–60 cm; kebutuhan O2 optimal pada range yang cukup lebar,
dari 0,3 ppm untuk yang dewasa sampai jenuh untuk burayak; dan kandungan CO2
kurang dari 12,8 mg/liter, amonium terikat 147,29-157,56 mg/liter.
12. Persyaratan untuk pemeliharaan ikan lele di
keramba :
a. Sungai atau saluran irigasi tidak
curam, mudah dikunjungi/dikontrol.
b. Dekat dengan rumah pemeliharaannya.
c. Lebar sungai atau saluran irigasi
antara 3-5 meter.
d. Sungai atau saluran irigasi tidak
berbatu-batu, sehingga keramba mudah dipasang.
e. Kedalaman air 30-60 cm.
F. Pedoman Teknis Budidaya Ikan Lele
1.
Penyiapan sarana dan peralatan
Dalam pembuatan kolam pemeliharaan
ikan lele sebaiknya ukurannya tidak terlalu luas. Hal ini untuk memudahkan pengontrolan
dan pengawasan. Bentuk dan ukuran kolam pemeliharaan bervariasi, tergantung
selera pemilik dan lokasinya. Tetapi sebaiknya bagian dasar dan dinding kolam
dibuat permanen. Pada minggu ke 1-6 air harus dalam keadaan jernih kolam, bebas
dari pencemaran maupun fitoplankton. Ikan pada usia 7-9 minggu pejernihan airnya
harus dipertahankan. Pada minggu 10, air dalam batas-batas tertentu masih
diperbolehkan. Kekeruhan menunjukkan kadar bahan padat yang melayang dalam air
(plankton). Alat untuk mengukur kekeruhan air disebut secchi.
Prakiraan kekeruhan air berdasarkan
usia lele (minggu) sesuai angka
secchi :
secchi :
a. Usia 10-15 minggu, angka secchi =
30-50
b. Usia 16-19 minggu, angka secchi =
30-40
c. Usia 20-24 minggu, angka secchi = 30
2. Penyiapan Bibit
1. Menyiapkan Bibit
A.
Pemilihan Induk
a. Ciri-ciri induk lele jantan:
·
Kepalanya lebih kecil dari induk ikan lele betina.
·
Warna kulit dada agak tua bila dibanding induk ikan lele
betina.
·
Urogenital papilla (kelamin) agak menonjol, memanjang ke
arah belakang, terletak di belakang anus, dan warna kemerahan.
·
Gerakannya lincah, tulang kepala pendek dan agak gepeng
(depress).
·
Perutnya lebih langsing dan kenyal bila dibanding induk ikan
lele betina.
·
Bila bagian perut di stripping secara manual dari perut ke
arah ekor akan mengeluarkan cairan putih kental (spermatozoa-mani).
·
Kulit lebih halus dibanding induk ikan lele betina.
b. Ciri-ciri induk lele betina
·
Kepalanya lebih besar dibanding induk lele jantan.
·
Warna kulit dada agak terang.
·
Urogenital papilla (kelamin) berbentuk oval (bulat daun),
berwarna kemerahan, lubangnya agak lebar dan terletak di belakang anus.
·
Gerakannya lambat, tulang kepala pendek dan agak cembung.
·
Perutnya lebih gembung dan lunak.
·
Bila bagian perut di stripping secara manual dari bagian
perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan kekuning-kuningan (ovum/telur).
3. Syarat induk lele yang baik:
a. Kulitnya lebih kasar dibanding induk
lele jantan.
b. Induk lele diambil dari lele yang
dipelihara dalam kolam sejak kecil supaya terbiasa hidup di kolam.
c. Berat badannya berkisar antara
100-200 gram, tergantung kesuburan badan dengan ukuran panjang 20-5 cm.
d. Bentuk badan simetris, tidak
bengkok, tidak cacat, tidak luka, dan lincah.
e. Umur induk jantan di atas tujuh bulan,
sedangkan induk betina berumur satu tahun.
f. Frekuensi pemijahan bisa satu bula
sekali, dan sepanjang hidupnya bisa memijah lebih dari 15 kali dengan syarat
apabila makanannya
mengandung cukup protein.
mengandung cukup protein.
4. Ciri-ciri induk lele siap memijah
adalah calon induk terlihat mulai berpasang- pasangan, kejar-kejaran antara yang
jantan dan yang betina. Induk tersebut segera ditangkap dan ditempatkan dalam
kolam tersendiri
untuk dipijahkan.
untuk dipijahkan.
5. Perawatan induk lele:
a. Selama masa pemijahan dan masa
perawatan, induk ikan lele diberi makanan yang berkadar protein tinggi seperti
cincangan daging bekicot, larva lalat/belatung, rayap atau makanan buatan (pellet).
Ikan lele membutuhkan pellet dengan kadar protein yang relative tinggi, yaitu ±
60%. Cacing sutra kurang baik untuk makanan induk lele, karena kandungan lemaknya
tinggi. Pemberian cacing sutra harus dihentikan seminggu menjelang perkawinan
atau pemijahan.
b. Makanan diberikan pagi hari dan sore
hari dengan jumlah 5-10% dari berat total ikan.
c. Setelah benih berumur seminggu,
induk betina dipisahkan, sedangkan induk jantan dibiarkan untuk menjaga anak-anaknya.
Induk jantan baru bisa dipindahkan apabila anak-anak lele sudah
berumur 2 minggu.
berumur 2 minggu.
d. Segera pisahkan induk-induk yang
mulai lemah atau yang terserang penyakit untuk segera diobati.
e. Mengatur aliran air masuk yang
bersih, walaupun kecepatan aliran tidak perlu deras, cukup 5-6 liter/menit.
3. Pemijahan Tradisional
1. Pemijahan di Kolam Pemijahan
a. Kolam induk:
·
Kolam dapat berupa tanah seluruhnya atau tembok sebagian
dengan dasar tanah.
·
Luas bervariasi, minimal 50 m2.
·
Kolam terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian dangkal (70%) dan
bagian dalam (kubangan) 30 % dari luas kolam. Kubangan ada di bagian tengah
kolam dengan kedalaman 50-60 cm, berfungsi untuk bersembunyi induk, bila kolam disurutkan
airnya.
·
Pada sisi-sisi kolam ada sarang peneluran dengan ukuran
30x30x25 cm3, dari tembok yang dasarnya dilengkapi saluran pengeluaran dari pipa
paralon diamneter 1 inchi untuk keluarnya banih ke kolam pendederan.
·
Setiap sarang peneluran mempunyai satu lubang yang dibuat
dari pipa paralon (PVC) ukuran ± 4 inchi untuk masuknya induk-induk lele.
·
Jarak antar sarang peneluran ± 1 m.
·
Kolam dikapur merata, lalu tebarkan pupuk kandang (kotoran
ayam) sebanyak 500-750 gram/m2
Airi kolam sampai batas kubangan, biarkan
selama 4 hari. Kolam Rotifera (cacing bersel tunggal):
a. Letak kolam rotifera di bagian atas
dari kolam induk berfungi untuk menumbuhkan makanan alami ikan (rotifera).
b. Kolam rotifera dihubungkan ke kolam
induk dengan pipa paralon untuk mengalirkan rotifera.
c. Kolam rotifera diberi pupuk organic untuk
memenuhi persyaratan tumbuhnya rotifera.
d. Luas kolam ± 10 m2.
2. Pemijahan:
a) Siapkan induk lele betina sebanyak 2
x jumlah sarang yang tersedia dan induk jantan sebanyak jumlah sarang; atau
satu pasang per sarang; atau satu pasang per 2-4 m2 luas kolam (pilih salah
satu).
b) Masukkan induk yang terpilih ke kubangan,
setelah kubangan diairi
selama 4 hari.
selama 4 hari.
c) Beri/masukkan makanan yang
berprotein tinggi setiap hari seperti cacing, ikan rucah, pellet dan
semacamnya, dengan dosis (jumlah berat makanan) 2-3% dari berat total ikan yang
ditebarkan .
d) Biarkan sampai 10 hari.
e) Setelah induk dalam kolam selama 10 hari,
air dalam kolam dinaikkan sampai 10-15 cm di atas lubang sarang peneluran atau kedalaman
air dalam sarang sekitar 20-25 cm. Biarkan sampai 10 hari. Pada saat ini induk
tak perlu diberi makan, dan diharapkan selama 10 hari berikutnya induk telah
memijah dan bertelur. Setelah 24 jam, telur telah menetas di sarang,
terkumpullah benih lele. Induk lele yang baik bertelur 2-3 bulan satu kali bila
makanannya baik dan akan bertelur terus sampai umur 5 tahun.
f) Benih lele dikeluarkan dari sarnag
ke kolam pendederan dengan cara: air kolam disurutkan sampai batas kubangan,
lalu benih dialirkan melalui pipa pengeluaran Benih-benih lele yang sudah
dipindahkan ke kolam pendederan diberi makanan secara intensif, ukuran benih
1-2 cm, dengan kepadatan 60 -100 ekor/m2.
g) Dari seekor induk lele dapat menghasilkan
± 2000 ekor benih lele.
Pemijahan induk lele biasanya terjadi pada sore hari atau malam hari.
Pemijahan induk lele biasanya terjadi pada sore hari atau malam hari.
3. Pemijahan di Bak Pemijahan Secara
Berpasangan
Penyiapan bak pemijahan secara berpasangan:
a. Buat bak dari semen atau teraso
dengan ukuran 1 x 1 m atau 1 x 2 m dan tinggi 0,6 m.
b. Di dalam bak dilengkapi kotak dari
kayu ukuran 25 x 40x30 cm tanpa dasar sebagai sarang pemijahan. Di bagian atas diberi
lubang dan diberi tutup untuk melihat adanya telur dalam sarang. Bagian depan
kotak/sarang pemijahan diberi enceng gondok supaya kotak menjadi gelap.
c. Sarang pemijahan dapat dibuat pula
dari tumpukan batu bata atau ember plastic atau barang bekas lain yang memungkinkan.
d. Sarang bak pembenihan diberi ijuk
dan kerikil untuk menempatkan telur hasil pemijahan.
e. Sebelum bak digunakan,
bersihkan/cuci dengan air dan bilas dengan formalin 40 % atau KMnO4 (dapat
dibeli di apotik); kemudian bilas lagi dengan air bersih dan keringkan.
1.
Pemijahan:
·
Tebarkan I (satu) pasang induk dalam satu bak setelah bak
diisi air setinggi ± 25 cm. Sebaiknya airnya mengalir. Penebaran dilakukan pada
jam 14.00– 16.00.
·
Biarkan induk selama 5-10 hari, beri makanan yang intensif.
Setelah ± 10 hari, diharapkan sepasang induk ini telah memijah, bertelur dan
dalam waktu 24 jam telur-telur telah menetas. Telur-telur yang baik adalah yang
berwarna kuning
cerah.
cerah.
·
Beri makanan anak-anak lele yang masih kecil (stadium larva)
tersebut berupa kutu air atau anak nyamuk dan setelah
agak besar dapat diberi cacing dan telur rebus.
agak besar dapat diberi cacing dan telur rebus.
4. Pemijahan di Bak Pemijahan Secara Masal
Penyiapan bak pemijahan secara masal:
a.
Buat bak dari semen seluas 20 m2 atau 50 m2, ukuran 2x10 m2
atau 5x10 m2.
b.
Di luar bak, menempel dinding bak dibuat sarang pemijahan
ukuran
30x30x30 cm3, yang dilengkapi dengan saluran pengeluaran benih dari paralon (PVC) berdiameter 1 inchi. Setiap sarang dibuatkan satu lubang dari paralon berdiameter 4 inchi.
30x30x30 cm3, yang dilengkapi dengan saluran pengeluaran benih dari paralon (PVC) berdiameter 1 inchi. Setiap sarang dibuatkan satu lubang dari paralon berdiameter 4 inchi.
c.
Dasar sarang pemijahan diberi ijuk dan kerikil untuk tempat
menempel telur hasil pemijahan.
d. Sebelum digunakan, bak dikeringkan
dan dibilas dengan larutan desinfektan atau formalin, lalu dibilas dengan air
bersih; kemudian keringkan.
1. Pemijahan:
·
Tebarkan induk lele yang terpilih (matang telur) dalam bak
pembenihan sebanyak 2xjumlah sarang , induk jantan sama banyaknya dengan induk
betina atau dapat pula ditebarkan 25-50 pasang untuk bak seluas 50 m2 (5x10
m2), setelah bak pembenihan diairi setinggi 1 m.
·
Setelah 10 hari induk dalam bak, surutkan air sampai
ketinggian 50- 60 cm, induk beri makan secara intensif.
·
Sepuluh hari kemudian, air dalam bak dinaikkan sampai di
atas lubang sarang sehingga air dalam sarang mencapai
ketinggian 20-25 cm.
ketinggian 20-25 cm.
·
Saat air ditinggikan diharapkan induk- induk berpasangan
masuk sarang pemijahan, memijah dan bertelur. Biarkan sampai ± 10 hari.
·
Sepuluh hari kemudian air disurutkan lagi, dan diperkirakan
telur-telur dalam sarang pemijahan telah menetas dan menjadi benih lele.
·
Benih lele dikeluarkan melalui saluran pengeluaran benih
untuk didederkan di kolam pendederan.
5. Pemijahan Buatan
Cara ini disebut Induced Breeding
atau hypophysasi yakni merangsang ikan lele untuk kawin dengan cara memberikan suntikan
berupa cairan hormon ke dalam tubuh ikan. Hormon hipophysa berasal dari kelenjar
hipophysa, yaitu hormone gonadotropin. Fungsi hormon gonadotropin:
a. Gametogenesis: memacu kematangan
telur dan sperma, disebut Follicel Stimulating Hormon. Setelah 12 jam penyuntikan,
telur mengalami ovulasi (keluarnya telur dari jaringan ikat indung telur).
Selama ovulasi, perut ikan betina akan membengkak sedikit demi sedikit karena
ovarium menyerap air. Saat itu merupakan saat yang baik untuk melakukan
pengurutan perut (stripping).
b. Mendorong nafsu sex (libido)
6. Perlakuan dan Perawatan Bibit
1.
Kolam untuk pendederan:
§ Bentuk kolam pada minggu 1-2, lebar
50 cm, panjang 200 cm, dan tinggi 50 cm. Dinding kolam dibuat tegak lurus,
halus, dan licin, sehingga apabila bergesekan dengan tubuh benih lele tidak
akan melukai. Permukaan lantai agak miring menuju pembuangan air. Kemiringan dibuat
beda 3 cm di antara kedua ujung lantai, di mana yang dekat tempat pemasukan air
lebih tinggi. Pada lantai dipasang pralon dengan diameter 3-5 cm dan panjang 10
m.
§ Kira-kira 10 cm dari pengeluaran air
dipasang saringan yang dijepit dengan 2 bingkai kayu tepat dengan permukaan
dalam dinding kolam. Di antara 2 bingkai dipasang selembar kasa nyamuk dari
bahan plastic berukuran mess 0,5-0,7 mm, kemudian dipaku.
§ Setiap kolam pendederan dipasang pipa
pemasukan dan pipa air untuk mengeringkan kolam. Pipa pengeluaran dihubungkan
dengan pipa plastik yang dapat berfungsi untuk mengatur ketinggian air kolam.
Pipa plastik tersebut dikaitkan dengan suatu
pengait sebagai gantungan.
pengait sebagai gantungan.
§ Minggu ketiga, benih dipindahkan ke kolam
pendederan yang lain. Pengambilannya tidak boleh menggunakan jaring, tetapi
dengan mengatur ketinggian pipa plastik.
§ Kolam pendederan yang baru berukuran
100 x 200 x 50 cm, dengan bentuk dan konstruksi sama dengan yang sebelumnya.
2. Penjarangan:
a. Penjarangan adalah mengurangi
padat penebaran yang dilakukan karena ikan lele berkembang ke arah lebih besar,
sehingga volume
ratio antara lele dengan kolam tidak seimbang.
ratio antara lele dengan kolam tidak seimbang.
§ Apabila tidak dilakukan penjarangan
dapat mengakibatkan :
§ Ikan berdesakan, sehingga tubuhnya
akan luka.
§ Terjadi perebutan ransum makanan dan
suatu saat dapat memicu mumculnya kanibalisme (ikan yang lebih kecil dimakan
oleh ikan yang lebih besar).
§ Suasana kolam tidak sehat oleh
menumpuknya CO2 dan NH3, dan O2 kurang sekali sehingga pertumbuhan ikan lele
terhambat.
1.
Cara penjarangan pada benih ikan lele :
·
Minggu 1-2, kepadatan tebar 5000 ekor/m2
·
Minggu 3-4, kepadatan tebar 1125 ekor/m2
·
Minggu 5-6, kepadatan tebar 525 ekor/m2
3. Pemberian pakan:
a. Hari pertama sampai ketiga, benih
lele mendapat makanan dari kantong kuning telur (yolk sac) yang dibawa sejak
menetas.
§ Hari keempat sampai minggu kedua
diberi makan zooplankton, yaitu Daphnia dan Artemia yang mempunyai protein 60%.
Makanan tersebut diberikan dengan dosis 70% x biomassa setiap hari yang dibagi dalam
4 kali pemberian. Makanan ditebar disekitar tempat pemasukan air. Kira-kira 2-3
hari sebelum pemberian pakan zooplankton berakhir, benih lele harus dikenalkan
dengan makanan dalam bentuk tepung yang berkadar protein 50%. Sedikit dari
tepung tersebut diberikan kepada benih 10-15 menit sebelum pemberian zooplankton.
Makanan yang berupa teoung dapat terbuat dari campuran kuning telur, tepung
udang dan sedikit bubur nestum.
§ Minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43% x
biomassa setiap hari.
§ Minggu keempat dan kelima diberi
pakan sebanyak 32% x biomassa setiap hari.
§ Minggu kelima diberi pakan sebanyak 21% x
biomassa setiap hari
§ Minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43% x
biomassa setiap hari.
§ Minggu keenam sudah bisa dicoba dengan
pemberian pelet apung.
4. Pengepakan dan pengangkutan benih
a. Caratertutup:
§ Kantong plastik yang kuat diisi air
bersih dan benih dimasukkan sedikit demi sedikit. Udara dalam plastik
dikeluarkan. O2 dari tabung dimasukkan ke dalam air sampai volume udara dalam
plastik 1/3–1/4 bagian. Ujung plastic segera diikat rapat.
§ Plastik berisi benih lele dimasukkan
dalam kardus atau peti supaya tidak mudah pecah.
b. Cara terbuka dilakukan bila jarak
tidak terlalu jauh:
§ Benih lele dilaparkan terlebih
dahulu agar selama pengangkutan, air tidak keruh oleh kotoran lele. (Untuk
pengangkutan lebih dari 5 jam).
§ Tempat lele diisi dengan air bersih,
kemudian benih dimasukkan sedikit demi sedikit. Jumlahnya tergantung ukurannya.
Benih ukuran
10 cm dapat diangkut dengan kepadatan maksimal 10.000/m3 atau 10 ekor/liter. Setiap 4 jam, seluruh air diganti di tempat yang teduh.
10 cm dapat diangkut dengan kepadatan maksimal 10.000/m3 atau 10 ekor/liter. Setiap 4 jam, seluruh air diganti di tempat yang teduh.
5. Pemeliharaan Pembesaran
a.
Pemupukan
1) Sebelum digunakan kolam dipupuk
dulu. Pemupukan bermaksud untuk menumbuhkan plankton hewani dan nabati yang
menjadi makanan alami bagi benih lele.
2) Pupuk yang digunakan adalah pupuk
kandang (kotoran ayam) dengan dosis 500-700 gram/m 2 . Dapat pula ditambah urea
15 gram/m2, TSP 20 gram/m 2 , dan amonium nitrat 15 gram/m 2 . Selanjutnya
dibiarkan selama 3 hari.
3) Kolam diisi kembali dengan air
segar. Mula-mula 30-50 cm dan dibiarkan selama satu minggu sampai warna air
kolam berubah menjadi coklat atau kehijauan yang menunjukkan mulai banyak
jasad-jasad renik yang tumbuh sebagai makanan alami lele.
4) Secara bertahap ketinggian air
ditambah, sebelum benih lele ditebar.
b. Pemberian Pakan
1) Makanan Alami Ikan Lele
a)
Makanan alamiah yang berupa Zooplankton, larva, cacing-cacing, dan serangga air.
b)
Makanan berupa fitoplankton adalah Gomphonema spp
(gol. Diatome), Anabaena spp (gol. Cyanophyta), Navicula spp (gol. Diatome), ankistrodesmus spp (gol. Chlorophyta).
(gol. Diatome), Anabaena spp (gol. Cyanophyta), Navicula spp (gol. Diatome), ankistrodesmus spp (gol. Chlorophyta).
c)
Ikan lele juga menyukai makanan busuk
yang berprotein.
d)
Ikan lele juga menyukai kotoran yang berasal dari kakus.
c.
Makanan Tambahan
a) Pemeliharaan di kecomberan dapat diberi
makanan tambahan berupa sisa-sisa makanan keluarga, daun kubis, tulang ikan,
tulang ayam yang dihancurkan, usus ayam, dan bangkai.
b) Campuran dedak dan ikan rucah
(9:1) atau campuran bekatul, jagung, dan bekicot (2:1:1).
d. Makanan Buatan (Pellet)
a) Komposisi bahan (% berat):
§ tepung ikan =27,00;
bungkil
§ kacang kedele =20,00;
§ tepung terigu =10,50; bungkil
§ kacang tanah =18,00;
§ tepung kacang hijau =9,00;
§ tepung darah =5,00;
§ dedak =9,00;
§ vitamin =1,00;
§ mineral =0,500;
b) Proses pembuatan:
Dengan cara menghaluskan
bahan-bahan, dijadikan adonan seperti pasta, dicetak dan dikeringkan sampai kadar
airnya kurang dari 10%. Penambahan lemak dapat diberikan dalam bentuk minyak
yang dilumurkan pada pellet sebelum diberikan kepada lele. Lumuran minyak juga dapat
memperlambat pellet tenggelam.
c) Cara pemberian pakan:
§ Pellet mulai dikenalkan pada ikan
lele saat umur 6 minggu dan diberikan pada ikan lele 10-15 menit sebelum
pemberian makanan yang berbentuk tepung.
§ Pada minggu 7 dan seterusnya sudah
dapat langsung diberi makanan yang berbentuk pellet.
§ Hindarkan pemberian pakan pada saat
terik matahari, karena suhu tinggi dapat mengurangi nafsu makan lele.
6. Pemberian Vaksinasi
Cara-cara
vaksinasi sebelum benih ditebarkan:
a) Untuk mencegah penyakit karena
bakteri, sebelum ditebarkan,
lele yang berumur 2 minggu dimasukkan dulu ke dalam larutan
formalin dengan dosis 200 ppm selama 10-15 menit. Setelah divaksinasi lele tersebut akan kebal selama 6 bulan.
lele yang berumur 2 minggu dimasukkan dulu ke dalam larutan
formalin dengan dosis 200 ppm selama 10-15 menit. Setelah divaksinasi lele tersebut akan kebal selama 6 bulan.
b) Pencegahan penyakit karena bakteri
juga dapat dilakukan dengan menyutik dengan terramycin 1 cc untuk 1 kg induk.
c) Pencegahan penyakit karena jamur
dapat dilakukan dengan
merendam lele dalam larutan Malachite Green Oxalate 2,5–3
ppm selama 30 menit.
merendam lele dalam larutan Malachite Green Oxalate 2,5–3
ppm selama 30 menit.
BAB III PEMBAHASAN
A.
Analisis Ekonomi Budidaya
1. Analisis Usaha Budidaya
Analisis Usaha budidaya Ikan Lele di
Desa Lesung Bakti Jaya Unit 7, Kecamatan Lambu Kibang, Kabupaten Tulang Bawang
Barat adalah sebagai berikut:
a. Biaya produksi
1.
Lahan
·
Tanah 123 m 2 Rp.
123.000,-
·
Kolam 9 buah Rp.
1.230.000,-
·
Perawatan kolam Rp.
60.000,-
b. Bibit/benih
§ canting 67 @ Rp. 20.000,- (6.700
ekor) Rp. 1.398.000,-
c.
Pakan
§ Pakan benih Rp. 18.530.300,-
d.
Obat-obatan Rp. 42.000,-
e.
Peralatan
§ pompa air3 bh @ Rp. 220.000,- Rp. 660.000,-
§ diesel 1 bh @ Rp. 1.000.000,- Rp. 1.000.000,-
§ sikat 1.bh @.Rp. 10.000,-
Rp. 10.000,-
§ jaring 1 bh @.Rp. 150.000,- Rp. 150.000,-
§ bak 5 bh @ Rp. 30.000,- Rp. 150.000,-
§ timba 7 bh @.Rp. 5.000,- Rp.
35.000,-
§ alat seleksi 6 bh @.Rp. 4.000,- Rp. 24.000, -
§ ciruk 5 bh @. Rp. 1.500,- Rp.
7.500,-
§ gayung 5 bh @. Rp.2.500,- Rp.
12.500,-
§ selang Rp. 90.000,-
§ paralon Rp. 70.000,-
Perawatan alat Rp. 120.000,-
f. Tenaga kerja Rp.
420.000,-
g. Lain-lain Rp.
492.000,-
h. Biaya tak terduga 10% Rp. 2.522.800,-
i.
Pendapatan bersih Rp. 8.952.200,-
j.
Keuntungan
Rp. 36.180.000,-
k. Parameter kelayakan usaha 25%
l.
BEP dalam unit (ekor)
§
ukuran 1 1.138
§
ukuran 2 325.049
§
ukuran 3 65.010
§
ukuran 4 6.501
§
ukuran 5 11.377
§
ukuran 6 260
Perhitungan (Perkiraan Pendapatan)
-
jumlah ikan lele 6700 ekor
-
bobot ikan lele/ekor 0.45 Kg
-
harga ikan lele Rp 12.000/Kg
Jadi penjualan ikan lele = jumlah
ikan lele X bobot X harga
=
6700 X 0.45 X Rp 12.000
= Rp. 36.180.000
Pendapatan bersih = Penjualan –
Biaya
= Rp 36.180.000 – Rp 27.227.800
= Rp 8.952.200
BAB
IV KESIMPULAN
A.
Aspek Produksi
Untuk meningkatkan kualitas output
dari hasil budidaya ikan lele yang baik, adapun hal-hal yang selalu kami perhatikan
adalah:
1. kami selalu mengamati perkembangan
dan kesehatan ikan.
2. Pemberian pakan yang sesuai untuk jenis
ikan.
3. Waktu pemberian pakan yang sesuai
dengan jadwalnya.
4. Jumlah pemberian pakan yang pas
untuk ikan maka tidak ada pakan yang tersisa sehingga tidak menjadi racun buat
ikan.
5. Menjaga kebersihan kolam ikannya agar
ikan terhindar dari penyakit dan bakteri yang dapat menyebabkan ikan tersebut
mati.
Dari hal-hal diatas, maka kami dapat
menghasikan kualitas ikan yang baik untuk di konsumsi dan menjadi sumber
makanan yang bergizi.
Pertimbangan utama penentuan lokasi
usaha pembudidayaan ikan ini adalah faktor lingkungan yang baik untuk
pembudidayaan, tempat untuk pemasaran yang strategis, dekatnya lokasi budidaya
dengan tempat tingal sehingga memperkecil biaya operasional yang dibutuhkan
setiap harinya.
B.
Aspek Pemasaran
Peluang untuk pemasaran yang baik
sehinga mempermudah pad saat proses penjualan hasil budidaya ikan tersebut,
maka dapat memperkecil biaya proses pemasarannya. Adapun target tempat pemasaran
hasil budidaya ikan lele ini adalah pasar tradisional, rumah makan dan
masyarakat disekitar.
No comments:
Post a Comment