MACAM-MACAM CACAT LAS PADA LAMBUNG KAPAL DAN CARA PENANGGULANGANNYA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menghasilkan produk berkualitas menjadi sebuah keharusan terutama dalam
memenuhikebutuhan dan jaminan kepada konsumen. Sehingga kemudian terlahirlah suatu
standar penting yakni ISO 9001 (1987) yang merupakan model untuk
jaminan kualitas dalam desain/pengembangan, produksi, instalasi dan pelayanan
jasa yang merupakan salah satu seridari ISO 9000. ISO 9000 sendiri merupakan
sekumpulan standar sistem kualitas universal yangdihasilkan
oleh International Organization for Standardization di Jenewa
Swiss yang muncul sebagai jawaban adanya Pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa
yang menekankan kebutuhan akan standar yang sama.
Pengelasan (welding) adalah salah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara mencairkan
sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan
atau tanpa logam penambah dan menghasilkan sambungan yang kontinyu.
Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Normen)
adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang
dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dengan kata lain, las adalah
sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas.
Dalam proses penyambungan ini ada kala-nya di sertai dengan tekanan dan
material tambahan (filler material).
Teknik pengelasan secara sederhana telah diketemukan dalam rentang waktu
antara 3000 – 4000 SM. Sesudah energi listrik dengan mudahnya
di gunakan, teknologi pengelasan maju dengan sangat pesat, dan hingga saat ini
telah dipergunakan lebih dari 40 jenis pengelasan. Pada tahap-tahap permulaan dari
pengembangan teknologi las, biasanya pengelasan hanya digunakan pada
sambungan-sambungan dari reparasi yang kurang penting. Tapi setelah melalui
pengalaman dan praktek yang banyak dan waktu yang lama, maka sekarang
penggunaan proses-proses pengelasan dan penggunaan konstruksi-konsturksi las
merupakan hal yang umum di semua negara di dunia.
Terwujudnya standar-standar teknik pengelasan akan membantu memperluas
ruang lingkup pemakaian sambungan las dan memperbesar ukuran bangunan
konstruksi yang dapat dilas. Dengan kemajuan yang dicapai sampai saat ini,
teknologi las memegang peranan penting dalam masyarakat industri modern.
Adapun Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi meliputi :
- Perpipaan, konstruksi baja, bejana
tekan, pipa pejal, lempengan logam dan sejenisnya
Selain untuk pembuatan, proses pengelasan dapat juga dipergunakan untuk
merepair/menyempurnakan, misalnya untuk mengisi lubang-lubang pada proses
pengecoran. Adapun fungsi lainnya yaitu membuat lapisan las pada perkakas
mem-pertebal bagian-bagian yang sudah aus, dan macam - macam reparasi
lainnya.
TUJUAN PENULISAN
Tulisan yang saya buat ini bertujuan untuk menguraikan /
menjelaskan terjadinya cacat las pada lambung kapal, macam-macam cacat las, dan
cara penanggulangan cacat hasil pengelasan di lambung kapal serta prosedur
pengelasan.
PERMASALAHAN
Pelat baja untuk lambung kapal merupakan komponen terbesar investasi kapal
niaga yaitu sebesar 40% (Biro Klasifikasi Indonesia, 2006), dan memiliki
resiko kerusakan tinggi akibat pengkaratan, sehingga membutuhkan biaya
pemeliharaan dan perbaikan yang tidak sedikit. Untuk mengurangi resiko
pengkaratan saat pelat lambung kapal di produksi merupakan langkah awal atau
preventif yang harus dilakukan agar terhindar dari pengkaratan dan kerusakan
lebih lanjut. Pengkaratan ini dapat timbul selama proses produksi lambung
kapal, yang mengalami berbagai macam perlakuan antara lain pemotongan,
pembengkokan dan pengelasan.
Dan pada perindustrian dan konstruksi perkapalan sudah pasti tidak terlepas
dari proses pengelasan. Dan ternyata tidak jarang kapal mengalami kerusakan
pada konstruksi las-nya. Kerusakan ini berupa cacat pengelasan yakni patah
sambungan las-nya, retak hasil las-nya yang secara kasat mata tak tampak, yang
perlu perbaikan segera. Untuk itulah pada uraian selanjutnya akan dijelaskan
bagaimana cara penaggulangan cacat hasil pengelasan tersebut jika terjadi pada
konstruksi kapal sehingga tidak terjadi hal – hal yang tidak di inginkan ketika
kapal sedang berada di tengah laut seperti tenggelam-nya kapal, atau
kandasnya sebuah kapal.
GAMBARAN UMUM FUNGSI PENGELASAN PADA LAMBUNG KAPAL
Pembuatan lambung kapal dengan konstruksi las, pada umumnya dilakukan
dengan cara konstruksi blok, yaitu membagi badan kapal ke dalam blok.
Masing-masing blok dirakit terlebih dahulu dan kemudian blok-blok itu disusun
dan disambung satu sama lain di atas landasan pembangunan (galangan perakit).
pengerjaan kapal baru dibagi dalam empat tahapan secara garis besar yaitu
tahapFabrikasi, tahap sub-Assembly, tahap Assembly, dan tahap Erection
(penyambungan blok),dimana keempat tahapan ini tidak lepas dari kegiatan
pengelasan.Selain itu, pembuatan lambung kapal dengan konstruksi las
membutuhkan perencanaan yangsesuai dengan urutan pengelasan (seperti
pemeriksaan ukuran alur, pemilihan bahan las, dll) dan perlakuan khusus seperti
perakitan kotak konstruksi dasar ganda harus dimulai dari tengah dan menuju ke
sisi guna mengurangi tegangan sisa. Pelaksanaan pengelasan harus sesuai dengan
diameter elektroda dan posisinya, dan harus diperhatikan cara menggerakkan
elektroda sehingga tidak menimbulkan cacat las seperti takik las, lubang halus dan
penembusan yang tidak sempurna dimana hal-hal ini biasa terjadi pada proses
pengerjaan pembuatan kapal di PT.Industri Kapal Indonesia sehingga terjadi
pengerjaan ulang (rework) dan akibatnya akan menambah biaya (cost) pembangunan
suatu kapal baru. Kualitas sambungan las sangat tergantung pada ketrampilan
juru las yang melakukan, jadi Biro Klasifikasi sekarang ini biasanya meminta
persyaratan atau kualifikasi tertentu untuk juru las yang akan melaksanakan
pengerjaan las untuk kapal. Olehkarena itu mengetahui faktor-faktor yang
berperan dalam pengelasan untuk penciptaan kualitas produk menjadi penting
Dari berbagai jenis pengelasan yang telah dikenal, pengelasan pada kapal
mempunyai suatu persyaratan dari Badan Klasifikasi yang mengawasi dan
memberikan kelayakan tentang kekuatan konstruksi kapal. Hal ini karena kapal
selain berada pada media cair yang selalu mendapat gaya – gaya
hidrostatik gelombang air dari luar badan kapal juga mendapatkan beban berat
sehingga kapal sebagai sarana pengangkutan perlu mendapatkan perhatian khusus
tentang kekuatan dan faktor keselamatannya.
Untuk memenuhi persyaratan yang dituntut dari pemilik kapal dan badan
klasifikasi maka peran juru las sangatlah besar, dan untuk itu teknik – teknik
pengelasan pada kapal harus diikuti agar mendapatkan mutu las yang baik dan
dapat diterima oleh pemilik kapal maupun badan klasifikasi. Seperti
diketahui bahwa peran dan volume pekerjaan pengelasan pada kapal sangatlah
besar, dimana ketrampilan seorang juru las dituntut mempunyai kompetensi secara
mandiri (individual skill).
Dengan demikian seorang juru las perlu mendapatkan pengetahuan dan
keterampilan yang matang agar proses pengelasan yang dilakukan mempunyai mutu
dan kecepatan yang tinggi, sehingga diharapkan dapat diterima oleh Badan Klasifikasi
dan pemilik kapal. Teknologi Las Kapal merupakan metode penyambungan baja pada
kapal dengan mengikuti standar yang berlaku untuk pembangunan
kapal.
Pada umumnya pengelasan pada badan kapal yang banyak digunakan adalah
pengelasan dengan proses las busur listrik (SMAW), las busur rendam ( SAW ) dan
proses las busur listrik dengan pelindung gas ( FCAW / GMAW ) dari material
baja karbon dan baja kekuatan tarik tinggi. Sedangkan proses las
elektrode tak terumpan (GTAW ) banyak digunakan untuk mengelas bagian – bagian
kapal seperti perpipaan, saluran udara dan bagian – bagian kecil lainnya yang
menggunakan plat tipis.
Dari beberapa jenis pengelasan yang digunakan untuk mengelas bangunan kapal
pada umumnya mempunyai prosedur pengelasan sendiri-sendiri dimana kelihatannya
sangat sederhana, namun bila diteliti secara cermat maka didalamnya banyak
masalah yang harus diatasi dimana pemecahanya memerlukan banyak disiplin ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu pengetahuan harus menyertai praktek, secara
lebih detail bahwa perancangan konstruksi bangunan kapal dengan sambungan las
harus direncanakan pula tentang teknik pengelasan, bahan las dan jenis las yang
digunakan serta pemeriksaannya.
Plat baja
Tipikal produk baja adalah plat baja. Plat baja diklasifikasikan
berdasarkan pemakaiannya oleh Standar Industri Jepang (JIS). Juga
diklasifikasikan sesuai dengan ketebalannya menjadi plat tebal (25 mm atau
lebih), plat (3 mm sampai dengan kurang dari 25 mm) dan plat tipis (kurang dari
3 mm).
BAB II
ISI
PROSEDUR PENGELASAN, MASALAH-MASALAH
PADA SAMBUNGAN LAS DAN CACAT LAS PADA LAMBUNG KAPAL SERTA CARA
PENANGGULANGANNYA
A. PROSEDUR PENGELASAN
Prosedur Pengelasan (WPS) adalah suatu perencanaan untuk pelaksanaan
pengelasan yang meliputi cara pembuatan konstruksi pengelasan yang sesuai
dengan rencana dan spesifikasinya dengan menentukan semua hal yang diperlukan
dalam pelaksanaan tersebut. Karena itu mereka yang menentukan prosedure
pengelasan harus mempunyai pengetahuan dalam hal pengetahuan bahan dan teknologi
pengelasan itu sendiri serta dapat menggunakan pengetahuan tersebut untuk
effesiensi dari suatu aktivitas produksi. Di dalam pembuatan prosedure
pengelasan (WPS) code atau Standard yang lazim dipakai di negara kita adalah
American Standard ( ASME, AWS dan API ). Selain American Standard design dan
fabrikasi yang sering kita jumpai adalah British Standard ( BS ), Germany
Standard ( DIN ), Japanese Standard ( JIS ) dan ISO. Akan tetapi hingga saat
ini standard yang paling sering dijadikan acuan untuk pembuatan prosedure
pengelasan ASME Code Sect IX (Boiler, Pressure Vessel, Heat Exchanger, Storage
Tank), API Std 1104 ( Pipeline ) dan AWS (Structure & Plat Form). Dalam
prosedur Pengelasan (WPS) harus ditampilkan variabel-variabel yang mempengaruhi
kualitas hasil pengelasan. Variabel-variabel itu dapat digolongkan menjadi 3
(Tiga) kelompok :
1. Essential Variable.
Suatu variabel yang
bila diubah akan berpengaruh pada mechanical properties hasil pengelasan.
2. Supplement
Essential Variable.
Suatu variabel yang
bila diubah akan berpengaruh pada Nilai Impact hasil pengelasan.
3. Non Essential
Variable.
Suatu variabel bila
diubah tidak akan mempengaruhi nilai impact dan mechanical properties hasil
pengelasan.
Langkah – Langkah
Pembuatan Prosedur Pengelasan ( WPS ) :
a. Menyusun draft /
prelimenary prosedure pengelasan (WPS).
b. Melakukan
pengelasan pada test coupon sesuai dengan parameter-parameter
pengelasan yang telah tertulis dalam draft prosedure tersebut (WPS).
c. Membuat test
specimen dan melakukan uji specimen dengan Destructive Test.
d. Mengevaluasi hasil
Destructive Test dengan Standard / code yang digunakan.
e. Mencatat dan
mensertifikasi hasil uji tersebut pada lembar Prosedur Kualifikasi
Record (PQR).
Faktor Utama yang
diperhitungkan dalam Penyusunan Prosedur Pengelasan (WPS) :
a. Jenis material
induknya (Base Metal)
b. Jenis
proses welding yang digunakan
c. Jenis kawat las
yang dipakai
d. Kondisi pemakaian
alat yang akan di las
Disamping 4 ( empat )
persyaratan diatas ada persyaratan lain seperti :
a. Compability antara
kawat las dan material induk (Base Metal).
b. Sifat-sifat
metallurgy dari material tersebut khususnya weldabilitynya.
c. Proses pemanasan
(Preheat, Post Heat, Interpass Temperatura Dan PWHT).
d. Design sambungan
dan beban.
e. Mechanical
properties yang diinginkan.
f. Lingkungan verja
(enviroment work) pada equipment tersebut.
g. Kemampuan welter.
h. Safety.
Langkah – langkah
mengkualifikasi prosedur pengelasan (WPS)
Langkah – langkah
dalam melakukan kualifiaksi prosedure pengelasan yaitu :
a. Membuat Test
Coupon.
b. Melakukan
pengelasan pada test coupon dengan parameter-parameter sesuai yang tercantum
dalam draft Prosedure pengelasan (WPS). Hal-hal yang dianjurkan adalah mencatat
semua variabel essential, Non essential maupun Supplementary essential.
c. Memotong test
coupon untuk dijadikan specimen test DT (Destructive Test).
d. Jika hasil test DT
dinyatakan accepted harus di record pada Prosedure Kualifikasi Pengelasan
(PQR).
e. Membandingkan hasil
PQR dengan parameter yang ada di WPS untuk menjamin bahwa range dan parameter
yang tercantum pada WPS tercover pada PQR.
B. CACAT-CACAT PADA PENGELASAN.
Semua jenis cacat las pada umumnya disebabkan kurangnya pengetahuan dari
welder / juru las terhadap teknik-teknik pengelasan termasuk pemilihan
parameter las. Oleh karena itu dari mulai pengelasan sampai akhir pengelasan
harus selalu diadakan pemeriksaan dengan cara-cara yang telah ditentukan,
misalnya secara visual, dye penetrant / dye check, radiography, ultrasonic atau
dengan cara-cara lain.
Cacat las/defect weld adalah suatu keadaan yang mengakibatkan turunnya kualitas dari hasil
lasan. Kualitas hasil las-an yang dimaksud adalah berupa turunnya kekuatan
dibandingkan kekuatan bahan dasar base metal atau tidak baiknya performa/tampilan
dari suatu hasil las. atau dapat juga berupa terlalu tingginya kekuatan hasil
las-an sehingga tidak sesuai dengan tuntutan kekuatan suatu konstruksi.
Terjadinya cacat las ini akan mengakibatkan banyak hal yang tidak
diinginkan dan mengarah pada turunnya tingkat keselamatan kerja, baik
keselamatan alat, pekerja/user/operator, lingkungan dan
perusahaan/industri/instansi. Di samping itu juga secara ekonomi akan
mengakibatkan melonjaknya biaya produksi dan pada gilirannya
industri/perusahaan/instansi tersebut mengalami kerugian atau penurunan laba.
Sedangkan definisi pengelasan sendiri adalah proses penyambungan antara dua
logam /baja atau lebih dengan menggunakan energi panas sebagai media-nya.
Karena proses ini maka logam disekitar las-an mengalami siklus termal cepat
yang menyebabkan terjadinya deformasi. Hal ini sangat erat hubungan-nya dengan
terjadinya cacat las yang mempunyai pengaruh fatal terhadap keamanan kontruksi
material yang di-las terutama pada bagian Lambung Kapal.
Cacat las pada umumnya
dapat dikategorikan seperti :
1. Rounded indication atau cacat bulat
2. Linear indication atau cacat memanjang
Rounded indication atau cacat bulat adalah merupakan cacat las yang
diperbolehkan apabila dimensi / ukuran panjang kumpulan cacat masih berada pada
cacat maksimum sesuai kriteria penerimaan yang dipakai, misal : liang-liang
renik (porosity)
Linear indication atau cacat memanjang adalah cacat yang tidak
diperbolehkan sama sekali (retak, penembusan kurang, peleburan kurang).
Ada beberapa cacat di dalam pengelasan yaitu :
1. Retak (Cracs),
2. Voids,
3. Inklusi,
4. Kurangnya fusi atau
penetrasi (lack of fusion or penetration),
5. Bentuk yang tak
sempurna (imperfect shape),
6. Penembusan kurang
baik.
7. Keropos
Retak
Jenis cacat ini dapat terjadi baik pada logam las (weld metal), daerah
pengaruh panas (HAZ) atau pada daerah logam dasar (parent metal). Cacat
las yang sangat sering terjadi adalah retak las. Retak las di bagi menjadi dua
kategori yaitu retak panas dan retak dingin.
-
Retak panas adalah retak yang terjadi pada suhu diatas 500oC. Retak panas dibagi menjadi dua kelas
yaitu :
1. Retak karena pembebasan tegangan pada daerah pengaruh panas yang terjadi
pada suhu 500oC - 700oC
2. Retak yang terjadi pada suhu diatas 900oC yang terjadi pada peristiwa pembekuan
logam las. Retak panas sering teriadi pada logam las karena pembekuan, biasanya
berbentuk kawah dan retak memanjang. Retak panas ini terjadi karena
pembebasan tegangan pada daerah kaki didalam daerah pengaruh panas.
Retak ini biasanya terjadi pada waktu logam mendingin setelah pembekuan dan
terjadi karena adanya tegangan yang timbul, yang disebabkan oleh penyusutan dan
sifat baja yang ketangguhannya turun pada suhu dibawah suhu pembekuan.
Keretakkan las yang lain adalah retak sepanjang rigi-rigi las-an retak
disamping las dan retak memanjang diluar rigi-rigi las-an. Akan tetapi penyebab
umum pada semua jenis keretakan las ini adalah :
1. Benda kerja yang di-las terlalu kaku.
2. Pilihan jenis elektroda yang tidak tepat atau salah.
3. Benda kerja terbuat dari baja ber-karbon tinggi.
4. Penyebaran panas pada bagian-bagian yang di las tidak seimbang.
5. Pendinginan setelah pengelasan yang terlalu cepat.
-
Retak dingin adalah retak yang terjadi pada daerah las pada suhu kurang
lebih 300oC. Retak dingin didaerah
HAZ biasanya terjadi antara beberapa menit sampai 48 jam sesudah
pengelasan. Retak dingin ini disebabkan oleh :.
1. Struktur daerah pangaruh Panas.
2. Tegangan.
3. Hidrogen difusi didaerah las.
Voids (porositas)
Porositas merupakan cacat las berupa lubang-lubang halus atau pori-pori
yang biasanya terbentuk di dalam logam las akibat terperangkapnya gas yang
terjadi ketika proses pengelasan. Disamping itu, porositas dapat pula terbentuk
akibat kekurangan logam cair karena penyusutan ketika logam membeku. Porositas
seperti itu disebut: shrinkage porosity.
Penyebab porositas
antara lain :
-Nyala busur terlalu panjang
-Arus terlalu rendah
-kecepatan las terlalu tinggi
-kandungan belerang terlalu tinggi
Inklusi
Cacat ini disebabkan oleh pengotor (inklusi) baik berupa produk karena
reaksi gas atau berupa unsur-unsur dari luar, seperti: terak, oksida,
logam wolfram atau lainnya. Cacat ini biasanya terjadi pada daerah bagian logam
las (weld metal).
Kurangnya Fusi atau
Penetrasi
1. Kurangnya Fusi
Cacat ini merupakan cacat akibat terjadinya ”discontinuity” yaitu ada
bagian yang tidak menyatu antara logam induk dengan logam pengisi. Disamping
itu cacat jenis ini dapat pula terjadi pada pengelasan berlapis (multipass
welding) yaitu terjadi antara lapisan las yang satu dan lapisan las yang
lainnya.
2. Kurangnya Penetrasi
Cacat jenis ini terjadi bila logam las tidak menembus mencapai sampai ke
dasar dari sambungan.
Bentuk Yang Tidak
Sempurna
Jenis cacat ini memberikan geometri sambungan las yang tidak baik (tidak
sempurna) seperti: undercut, underfill, overlap, excessive reinforcement dan
lain-lain. Morfologi geometri dari cacat ini biasanya bervariasi. Pengerukan
ini terjadi pada benda kerja atau konstruksi yang termakan oleh las sehingga
benda kerja tadi berkurang kekuatan konstruksi meskipun sebelumnya telah
dilakukan pengelasan.
Sebab-sebab pengerukan las antara lain :
1. Ayunan elektroda selama pengelasan tidak teratur.
2. Kecepatan pengelasaan yang terlalu tinggi pula.
3. Busur nyala yang terlalu panjang.
4. Posisi elektroda selama pengelasan tidak tepat.
5. Ukuran elektroda yang salah.
6. Arus yang terlalu tinggi
7. sudut dari brander dan bahan tambah yang tidak benar.
Penembusan Kurang Baik
Selain retak, cacat las yang juga sering terjadi, adalah penembusan las
yang kurang dan jelek. Jika penembusan pengelasan kurang maka akibat yang
timbul pada konstruksi adalah kekuatan konstruksi yang kurang kokoh karena
penembusan yang kurang. Karena kurang penembusan inilah maka penyambungan tidak
sempurna.
Penyebab dari
penembusan yang kurang ini antara lain :
- Kecepatan pengelasan yang terlalu
tinggi.
- Arus terlalu rendah.
- Diameter elektroda yang terlalu
besar atau terlalu kecil.
- Benda kerja terlalu kotor.
- Persiapan kampuh atau sudut kampuh tidak
baik.
- Busur las yang terlalu panjang.
Keropos
Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam pengelasan.
Keropos ini bila didiamkan, lama kelamaan akan menebar yang di ikuti
dengan perkaratan atau korosi pada konstruksi sehingga kontruksi menjadi rapuh
karena korosi tadi.
Cacat ini memang
kelihatannya sepele akan tetapi dampak yang ditimbulkan oleh cacat ini cukup
membahayakan juga. Penyebab keropos ini yakni :
- Busur pendek.
- Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi
atau terlalu rendah.
- Kurang waktu pengisian.
- Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja.
- Kesalahan memilih jenis elektroda.
C. Cara Penanggulangan Cacat Las
Dalam pembuatan bangunan kapal baru jumlah pekerjaan las kira-kira
sepertiga dari seluruh jumlah pekerjaan. Ada kapal yang dibangun dengan sistem
blok dan ini berarti banyak sekali konstruksi yang menggunakan pengelasan. Jadi
cacat-cacat las yang ada harus ditekan sekecil mungkin atau bahkan harus
dihindari sebisa mungkin.
Untuk mengatasi macam-macam cacat las yang telah terjadi supaya hasil
pekerjaan las dapat memuaskan banyak pihak, maka perlu dilaksanakan cara-cara
penanggulangannya, yaitu sebagai berikut :
Penanggulangan Retak
Las
Dalam menghindari terjadinya retakan las pada daerah panas, atau usaha
penaggulanganya supaya tidak terjadi retak pada las antara lain :
- Mendinginkan perlahan-lahan setelah
dilas.
- Menggunakan elektroda yang betul, dalam
hal ini sedapat mungkin menggunakan elektroda dengan fluk yang mempunyai kadar
hydrogen rendah.
- Sebelum mengelas, pada daerah sekitar
kampuh harus dibersihkan dari air, karat, debu, minyak dan zat organik
yang dapat menjadi sunrber hidrogen.
- Mengadakan pemanasan pendahuluan sebelum
memulai pengelasan, dengan cara ini retak las dapat terhindarkan
- Membebaskan kampuh dari kekakuan.
2.
Penanggulangan Penembusan Las Yang Kurang Baik
Cara untuk mengatasi cacat las penembusan yang kurang baik dapat dilakukan
dengan langkahlangkah sebagai berikut :
- Membersihkan benda kerja dari terak dan
kotoran yang ada.
- Penyetelan arus pengelasan yang tepat.
- Mengatur kecepatan las, sehingga kedua
sisi benda kerja mencair dengan baik.
- Pengelasan diperlambat dan stabil agar
panas yang didapat lebih merata.
- Memilih diameter elektroda yang sesuai
dengan ukuran coakan.
- Mempertahankan panjang busur nyala yang
tepat.
- Membetulkan sudut kampuh.
3. Penanggulangan Pengerukan las (Under Cut)
Cara untuk mengatasi cacat las pengerukan/under cut dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
- Mengurangi kecepatan mengelas.
- Menyetel arus yang tepat.
- Mempertahankan panjang busur nyala yang
tepat.
- Menggunakan ukuran elektroda yang benar.
- Menyetel posisi elektroda, sehingga gaya
busur nyala akan menahan cairan pengelasan.
- Mengupayakan ayunan elektroda dengan
teratur.
4. Penanggulangan Cacat Las Karena Keropos.
Cara untuk mengatasi cacat las keropos dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
- Memberi waktu pengisian yang cukup untuk
melepaskan gas.
- Mempertahankan jarak busur yang baik.
- Mengurangi kecepatan pengelasan atau
kecepatan dipertinggi.
- Membersihkan benda kerja.
- Menggunakan elektroda yang tepat.
5. Penanggulangan Pengerutan Benda Kerja
Pada setiap proses pengelasan akan terjadi yang namanya perubahan bentuk
terhadap benda kerja. Perubahan bentuk ini akan mengurangi ketelitian ukuran
dan penampakan luar serta dapat juga menurunkan kekuatan. Hal-hal untuk
mengurangi terjadinya pengerutan benda kerja atau perubahan bentuk antara lain
:
6. Pengurangan masuknya panas dan logam panas.
Dengan mengurangi masuknya panas lasan yang seperlunya saja maka tidak akan
terjadi suhu yang terlalu tinggi. Sehingga perubahan bentuk dapat dikurangi
menjadi sekeci-kecilnya. Bila logam las dikurangi, maka jumlah logam pada waktu
mendingin tidak terlalu banyak dan dengan sendirinya perubahan bentuk juga
dapat dikurangi. Pengurangan bahan las dapat dilakukan dengan mengurangi
panjang las, memilih bentuk kampuh yang sesuai, memotongplat yang akan dilas
dan merakitnya dengan teliti.
7. Menentukan urutan pengeiasan yang tepat.
Perubahan bentuk pada umumnya dapat dihindari dengan ururan pengelasan yang
sesuai. Dalam menghindari perubahan bentuk dapat dilakukan dengan mengelas
dengan meloncatloncat. Bila perubahan bentuk ini terjadi, untuk meluruskannya
kembali diperlukan waktu dan kerja yang cukup banyak. Adapun cara untuk mengatasi
perubahan bentuk tadi adalah sebagai berikut :
- Pengelasan sedikit mungkin.
Pengelasan yang
berlebihan akan menimbulkan penkerutan yang bertambah besar
- Dudukan benda yang hendak dilas sedikit
dimiringkan keluar, sehingga rigi-rigi las akan menariknya kepada kedudukan
yang didinginkan.
- Melakukan pengelasan yang bergantian
pada setiap sisi dan membuat urutan rigi-rigi yang menimbulkan gaya-gaya
penyusutan yang saling meniadakan.
Bila pada jenis
sambungan I dilas mengalami pengkerutan, rigi-rigi dapat membuat kampuh menjadi
berimpit sesamanya.
Maka kerusakan ini
dapat diatasi dengan cara antara lain :
1. Membuat las pengikat atau las atau las titik/tack weld.
Las pengikat ini
diletakkan di tempat-tempat yang kiranya benda kerja akan mengerut bila nanti
dilas. Sehingga dengan adanya las pengikat ini pengerutan benda kerja tidak
terjadi.
2. Mebuat celah yang melebar.
Disini pelebaran celah tidak boleh asal melebar, akan tetapi masih dalam
jangkauan kemampuan las. Ini dimaksudkan agar bila nanti setelahpengelasan
mengalami pengerutan celah yang mengalami pelebaran tadi.
3. Memasang pasak untuk mempertahankan lebar celah.
Pasak ini berguna untuk menjaga lebar celah pada benda kerja yang juga
disebut dengan plat pengikat. Jadi bila setelah pengelasan kondisi kerja tetap
pada posisi semula karena telah diikat oleh pasak tadi.
Untuk mengurangi
perubahan bentuk dari pengaruh urutan pengelasan dilakukan dengan jalan:
1. Pengelasan dilakukan dari titik yang terikat ketitik yang terbebas.
2. Majunya pengelasan dibuat simetri tehadap sumbu netral.
3. Menggunakan pengelasan susulan mundur atau kebelakang, untuk menghindari
perubahan bentuk pada daerah memanjang.
Untuk mengurangi
perubahan bentuk dari segi persiapan kampuh dapat dilakukan dengan cara:
- Membuat sudut kampuh sekecil
mungkin.
- Membuat celah kampuh sekecil
mungkin.
- Membuat kampuh ganda bila tebal
plat lebih dari 16 mm.
Cara pengelasan konstruksi lambung kapal biasanya dilakukan langkah-langkah
antara lain:
1. Pemeriksaan ukuran alur
2. Pemilihan bahan las yang tepat
3. Penentuan ukuran pengelasan
4. Pembersihan alur dari debu, karat, dan minyak.
Perlu diketahui bahwa perakitan konstruksi dimulai dari tengah menuju
kesisi. Sedangkan untuk pengelasan antar plat kulit dan rangka geladak atas
urutan-nya adalah las tumpul dan kemudian barulah las tumpang. Pengelasan dalam
reparasi/perbaikan kapal harus diperhatikan hal-hal berikut:
1. Menentukan se-teliti mungkin besarnya bagian yang rusak.
2. Memperhatikan lingkungan kerja, misalnya dalam memindahkan tabung gas
yang mudah terbakar.
3. Memasang pengaman bila pengelasan dilakukan ditempat yang tinggi.
4. Mempersiapkan tenaga listrik yang diperlukan.
5. Dalam penggantian plat harus disiapkan lubang batas dan harus menentukan
urutan pengelasan.
No comments:
Post a Comment