Wednesday, 6 September 2017

Makalah pohon jati



 






I.         PENDAHULUAN




1.1         Latar Belakang


Hutan adalah suatu hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang di-dominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya antara satu dan lainnya tidak dapat dipisahkan (UU Kehutanan No. 41 Tahun 1999).  Keberadaan hutan sebagai bagian dari sebuah ekosistem yang besar memiliki arti dan fungsi penting dalam menyangga sistem kehidupan.  Berbagai manfaat besar dapat diperoleh dari keberadaan hutan melalui fungsinya baik sebagai penyedia sumberdaya air bagi manusia dan lingkungan, kemampuan penyerapan karbon, pemasok oksigen di udara, penyedia jasa wisata dan mengatur iklim global.

Pengelolaan hutan harus mempertimbangkan banyak aspek yang berkaitan dengan ekosistem pada hutan tersebut.  Fungsi hutan yang sangat penting bagi ke-langsungan hidup manusia, hewan dan tumbuhan harus dilestarikan dengan cara melestarikan hutan tersebut.  Pengelolaan hutan yang baik akan berpengaruh terhadap kelestarian hutan.  Kegiatan pengelolaan hutan salah satu unsurnya yaitu pemeliharaan tanaman hutan.  Pemeliharaan hutan merupakan suatu tindakan silvikultur dalam merawat dan menyelamatkan hutan dari segala macam gangguan yang dapat merusak pertumbuhan pohon atau tegakan hutan tanaman.  Jati (Tectona grandis) merupakan jenis tanaman hutan yang membutuhkan pemeliharaan yang tepat untuk pertumbuhannya.  Jati sudah sejak lama dikenal dan diusahakan, khusunya di Pulau Jawa, yang salah satunya di Jawa Tengah yaitu hutan tanaman jati yang dikelola oleh Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Balapulang.  Kegiatan pemeliharaan tanaman ini sangat penting dilakukan karena tanaman yang terpelihara dengan baik akan menghasilkan produk dengan kualitas yang baik sehingga mampu meningkatkan harga jual dan secara otomatis juga akan meningkatkan pendapatan daerah.  Sebaliknya, apabila tanaman tidak terpelihara dengan baik maka mutunya akan berkurang dan harga jualnya juga menurun dari harga jual di pasaran sehingga petani tidak tersejahterakan hidupnya.  Pemeliharaan tanaman hutan merupakan kegiatan teknis yang memerlukan keterampilan dan pengetahuan yang cukup.  Pencapaian tersebut bisa diperoleh jika telah terbiasa atau pernah melakukan kegiatan pemeliharaan hutan secara langsung.  Sebagai mahasiswa, diperlukan praktek langsung dilapangan untuk mengaplikasikan atau membandingkan teori-teori yang diterima selama kuliah dengan keadaan sebenarnya dilapangan.

1.2         Tujuan Praktik Umum


1.2.1        Tujuan Umum


Tujuan umum dari praktik umum sebagai berikut.
1.        Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengaplikasikan beragam pengetahuan yang didapat selama proses kuliah sesuai dengan bidang keahliannya sehingga mahasiswa memperoleh bekal kemampuan operasional yang berguna sebagai calon sarjana.
2.        Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang pemeliharaan yang dilaksanakan di KPH Balapulang

1.2.2        Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari praktik umum sebagai berikut.

1.        Mampu menganalisa kegiatan di lapangan dengan teori yang diperoleh.
2.        Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam persemaian di Perum Perhutani dan upaya mengatasinya.



 






TINJAUAN PUSTAKA




2.1         Pengertian Hutan


Pengertian hutan adalah kumpulan pepohonan yang tumbuh rapat beserta tumbuh-tumbuhan memanjat dengan bunga yang beraneka warna yang berperan sangat penting bagi kehidupan di bumi ini (Arief, 2001).  Sedangkan FAO (2010) mendefinisikan hutan sebagai lahan yang luasnya lebih dari 0,5 hektar dengan pepohonan yang tingginya lebih dari 5 meter dan tutupan tajuk lebih dari 10 persen, tidak termasuk lahan yang sebagian besar digunakan untuk pertanian atau pemukiman.

2.2         Jati (Tectona grandis)


Jati dengan nama botanis Tectona grandis termasuk famili Verbenaceae, tinggi pohon dapat mencapai 25 m - 30 m.  Di daerah yang subur pertumbuhan jati dapat mencapai 50 m dengan diameter 150 cm (Direktur Jendral Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan, 1991).

Meningkatnya kebutuhan akan kayu jati di dalam maupun luar negeri, menjadikan jati pilihan utama sebagai bahan baku industri kayu karena kekuatan dan keindahan seratnya (Sukmadjaya dan Mariska, 2003).
Jati merupakan tanaman yang sangat populer sebagai penghasil bahan baku untuk industri perkayuan karena memiliki kualitas dan nilai jual yang sangat tinggi (Murtinah dkk., 2015).  Jati merupakan salah satu jenis kayu tropis yang sangat penting dalam pasar kayu internasional karena berbagai kelebihan yang dimilikinya dan merupakan jenis kayu yang sangat bernilai untuk tanaman kehutanan (Bermejo dkk., 2004).

Menurut Sumarna (2011), klasifikasi jati digolongkan sebagai berikut.
Divisi               : Spermatophyta
Kelas               : Angiospermae
Sub kelas         : Dycotiledoneae
Ordo                : Verbenales
Famili              : Verbenaceae
Genus              : Tectona
Spesies : Tectona grandis Linn. F.

2.3         Pemeliharaan Tanaman Jati
2.3.1        Pemangkasan


Pemangkasan adalah tindakan pembuangan bagian-bagian tanaman seperti cabang atau ranting dalam upaya mendapatkan bentuk tertentu, meningkatkan efisiensi dalam pemanfaatan cahaya matahari, mempermudah pengendalian hama dan penyakit, dan mempermudah pemanenan (Zulkarnain, 2009).  Dengan demikian pemangkasan memberikan efek yang baik bagi pertumbuhan tanaman yang memiliki tegakan rapat (Hartono, 2001).
2.3.2        Pemupukan

 
Penggunaan pupuk sangat dibutuhkan untuk memasok nutrisi bagi pertumbuhan
 
tanaman.  Pengadaan benih bermutu membutuhkan dukungan media yang berkualitas dan mampu memberikan nutrisi yang cukup bagi pertumbuhan bibit serta memenuhi kebutuhan pertumbuhan bibit.  Dengan tersedianya nutrisi untuk bibit, pertumbuhan bibit akan lebih optimal, penggunaan medium bisa menjadi pupuk organik yang lebih ramah lingkungan.  Penggunaan pupuk sangat dibutuhkan untuk memasok nutrisi bagi pertumbuhan bibit (Muhajir dkk., 2015).
 
Pemupukan adalah usaha pemenuhan ketersediaan unsur hara dalam tanah yang dibutuhkan oleh tanaman (Redaksi Agromedia, 2007).  Salah satu unsur hara tanah yang dibutuhkan tanaman adalah nitrogen (N).  Jenis pupuk N yang diberikan dalam jumlah besar akan mengakibatkan keragaman nilai keasaman tanah (Sarief, 1985).
 
Dalam pemupukan biasanya digunakan juga jenis pupuk urea yang sangat mudah larut dalam air dan bereaksi cepat, juga mudah menguap dalam bentuk amonia (Novizan, 2002).
 
Menurut Pramono dkk (2010), pemupukan dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1.        Pemupukan dilakukan pada umur 1, 2, dan 3 tahun dengan pupuk NPK.
2.        Dosis pupuk pada tahun pertama 50 gram, tahun kedua 100 gram, dan tahun
ketiga 150 gram per pohon.  Selain itu digunakan pupuk kompos dengan takaran 10 kg per lubang tanam.
3.        Pemberian dolomit disarankan hanya pada daerah yang memiliki pH tanah asam.  Dolomit bisa diberikan bersama-sama dengan pemberian pupuk dasar sebelum penanaman, dengan dosis 150 gram sampai 250 gram tiap lubang tanam.
 
2.3.3 Penyulaman
 
 
Menurut Sutrisno (2014), penyulaman dalam kegiatan silvikultur di persemaian dilakukan dua kali, yaitu penyulaman pertama sesegera mungkin setelah penyapihan jika sudah diketahui ada kematian pada saat penyapihan dan penyulaman kedua dilakukan pada saat bibit sudah mulai besar, dengan cara memisahkan kantong plastik yang semainya mati dengan maksud hasil sulaman dapat seragam dan tidak tertekan oleh semai yang lain.

2.3.4 Penyiraman
 
 
Penyiraman semai dilakukan pagi dan  sore  hari. Penyiraman pada pagi hari dilakukan antara  jam 06.00- 09.00 dan sore hari dilakukan ketika matahari sudah tidak terlalu terik.  Hal ini sesuai dengan teori yang ditulis oleh Sutrisno (2014), di buku ini dijelaskan penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari, yaitu pada saat pagi dan sore hari.  Penyiraman dipagi hari harus sudah selesai pada pukul 10 pagi, sedangkan pada sore hari penyiraman biasa dilakukan mulai pukul 3 sore.  Penyiraman pada waktu terik matahari dapat menyebabkan kematian pada bibit.


2.4 Perbanyakan Jati
 
 
Perbanyakan jati bisa dilakukan secara vegetatif.  Perbanyakan pohon secara vegetatif adalah perbanyakan pohon tanpa melalui proses penyerbukan dan pembuahan.  Perbanyakan ini dilakukan menggunakan organ vegetatif pohon.  Organ yang digunakan sebagai bahan perbanyakan vegetatif adalah batang, cabang, ranting, dan akar (Indriyanto, 2013).








 






III.        METODE PRAKTIK UMUM




3.1    Waktu dan Tempat


Kegiatan praktik umum ini akan dilaksanakan di KPH Balapulang Unit I Perum Perhutani Jawa Tengah terhitung sejak tanggal 19 Juli 2017 sampai 16 Agustus 2017.

3.2    Data dan Informasi


Menurut Supangat (2010), data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.
1.    Data Primer
Data primer adalah data yang didapatkan langsung dari responden dan pengamatan langsung terhadap objek saat praktik umum.
2.    Data Sekunder
Data sekunder merupakan data-data yang tidak diperoleh langsung dari responden atau pengamatan langsung terhadap objek.  Data sekunder dapat dioperoleh dari studi literatur sebagai penunjang data primer.  Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber informasi.


3.3         Metode


3.3.1        Metode Pengumpulan Data


1.        Data primer dikumpulkan melalui beberapa metode diantaranya sebagai berikut:
a.         Metode observasi yaitu dengan pengamatan langsung dan mencatat semua hasil kegiatan di lapangan, data yang dicari pada observasi yaitu berupa: data kegiatan penjarangan, pemangkasan, penyulaman, pemupukan, penyiangan, pemeliharaan terubusan dan pengendalian hama penyakit. 
b.        Metode wawancara ditujukan kepada pihak–pihak terkait, misalnya pembimbing lapangan, mandor, asisten perhutani (Asper) ataupun pekerja teknis.  Metode wawancara digunakan untuk mengetahui lebih jelas mengenai teknik kegiatan penjarangan, pemangkasan, penyulaman, pemupukan, penyiangan, pendangiran, dan pengendalian hama penyakit yang dilakukan di Perum Perhutani.
c.         Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh informasi dan bukti berupa gambar di lokasi praktik umum.  Metode ini digunakan untuk mendapatkan data berupa foto–foto kegiatan yang dilakukan dalam melakukan pemeliharaan tegakan jati misalnya : kegiatan penjarangan, pemangkasan, penyulaman, pemupukan, penyiangan, pemeliharaan terubusan dan pengendalian hama penyakit yang dilakukan di lokasi PU.  Selain bukti kegiatan di lapangan, bukti wawancara juga dapat disajikan dengan metode dokumentasi.
2.        Metode pengumpulan data sekunder yaitu dengan cara sebagai berikut:
a.         Studi Kepustakaan, metode ini digunakan untuk mencari, menganalisis, mengumpulkan, dan mempelajari buku-buku, tulisan-tulisan umum, dan literatur lainnya yang dipakai sebagai bahan referensi yang diperoleh dari arsip-arsip yang dimiliki oleh Perum Perhutani maupun melalui studi literatur yang berhubungan dengan topik praktik umum.  Data yang dicari meliputi: karakteristik lokasi praktik umum berupa letak geografis, luas, keadaan lapangan, dan sosialekonomi masyarakat. Selain itu juga literatur yang dicari meliputi kegiatan pengelolaan hutan di Perum Perhutani seperti administrasi, sitem silvikultur dan teknik silvikultur yang digunakan.
b.        Dokumentasi, metode ini digunakan untuk memperoleh informasi dan bukti yang lebih mendalam mengenai teknik pemeliharaan tegakan pinus.  Data yang akan dicari yaitu dokumentasi dari Perum Perhutani di lokasi praktik umum, berupa kegiatan teknik pemeliharaan tegakan jati.  Metode dokumentasi pada pengumpulan data sekunder berfungsi untuk mendapatkan data seakurat mungkin, yaitu dengan mencocokkan hasil dokumentasi di lapangan dengan dokumentasi yang ada pada literatur milik Perum Perhutani.

3.3.2        Metode Analisis Data


Metode analisis data yang telah didapat dengan berbagai metode yang digunakan selanjutnya dianalisis dengan tahapan sebagai berikut.
a.         Melakukan tabulasi data primer, sehingga data dapat disajikan secara menyeluruh dan mudah dipahami.
b.        Melakukan deskripsi dan pembahasan data primer dengan membandingkan data primer dengan data sekunder, sehingga diperoleh kesimpulan yang menyeluruh dan tepat.



 
 
 
 
 
 

DAFTAR PUSTAKA
 
 
 
 
[FAO] Food and Agriculture Organization. 2010. Global Forest Resources Assesment 2010. Buku. FAO. Rome, Italy. 27 hlm. 
 
Arifin, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Buku.Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 108 hlm.

Bermejo, I., Canellas, I., dan Miguel, A. S. 2004. Growth and yield models for teak plantations in Costa Rica. Journal Forest Ecology and Management (189) : 97 – 110.

Direktorat Jendral Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. 1991. Teknik Pembuatan Jati  (Tectona grandis Linn. F.). Departemen Kehutanan Jakarta. Jakarta.

Hartono, R. 2001. Pengaruh Pemangkasan Cabang terhadap Aktifitas Kambium pada Kayu Jati (Tectona grandis Linn.F.). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Indriyanto. 2013. Teknik dan Manajemen Pesemaian. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 270 hlm.

Muhajir, Muslimin, dan Umar, H.2015. Pertumbuhan semai jati (Tectona grandis) pada perbandingan media tanah dan pupuk organik limbah kulit kakao. Jurnal Warta Rimba 3 (2) : 80 – 87.

Murtinah, V., Marjenah, Ruchaemi, A., dan Ruhiyat, D. 2015. Pertumbuhan tanaman jati (Tectona grandis) di Kalimantan Timur. Jurnal AGRIFOR 14 (2) : 287 – 292.

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Buku. Agromedia Pustaka. Jakarta. 114 hlm.

Pemerintah Republik Indonesia.1999. Undang-Undang Republik Indonesia No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Jakarta.

Redaksi Agromedia. 2007. Petunjuk Pemupukan. Buku. Agromedia Pustaka. Jakarta. 100 hlm.

Sarief, S. 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Buku. CV. Pustaka Buana. Bandung.

Sukmadjaya, D. dan Mariska, I. 2003. Perbanyakan Bibit Jati Melalui Kultur Jaringan. Buku. Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. 12 hlm.

Sumarna, Y. 2011. Kayu Jati – Panduan Budidaya dan Prospek \Bisnis. Buku. Penebar Swadaya. Jakarta. 21 hlm.

Supangat, A. 2010. Statistika dalam Kajian Deskriptif, Inferensi dan Nonparametrik. Buku. Kencana. Jakarta. 416 hlm.

Sutrisno. 2014. Modul Pembelajaran Jarak Jauh Sub Bidang Persemaian tahun 2014.  Buku. Pusdikbang SDM Perum Perhutani. Madiun.

Zulkarnain. 2009. Dasar-Dasar Hortikultura. Buku. Bumi Aksara. Jakarta. 304 hlm.

1 comment: